Kamis, 14 Mei 2009

etos kerja

Dalam abstraksi disertasinya, Guru MAN Salatiga, Drs. Badaruddin, M. Ag. (58 tahun) menyatakan, setiap agama mengajarkan umat manusia untuk selalu bekerja dengan etos kerja yang tinggi. Etos kerja merupakan mekanisme yang bersifat batin, yang akan menggerakkan ruh untuk rela bekerja keras dan pantang menyerah bersumber pada keimanan. Tanpa pencerahan iman, etos kerja akan mendorong manusia pada perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan moralitas. Orang-orang Protestan misalnya, memiliki etos kerja yang bersumber pada etika Protestan, yang menganggap kerja adalah panggilan suci. Etika Protestan terbukti bisa memberikan spirit bagi orang-orang Protestan untuk selalu bekerja keras, melakukan inovasi-inovasi sebagai upaya pencapaian kemakmuran hidup dan kesejahteraan spiritual. Etika Protestan merupakan hasil penelitian yang dilakukan Max Weber terhadap sekelompok penganut sekte Protestan Calvinist. Hasil penelitian Max Weber dibukukan dalam bukunya yang berjudul ”The Protestant Ethic and The Spirit Capitalsim” Berpijak pada hasil penelitian Max Weber, salah satu penelitian terhadap sekelompok masyarakat di Jerman menunjukkan bahwa, tokoh bisnis modern, , pemilik modal, para karyawan perusahaan yang memiliki keahlian tinggi, para staf terdidik yang memiliki keahlian profesional, baik di bidang teknis maupun komersial dalam sampel penelitia tersebut sebagian besar adalah orang-orang protestan.
Sementara, realitas dalam perkembangan peradaban dunia menunjukkan bahwa masih banyak umat Islam di belahan dunia yang dianggap sebagai umat yang lemah dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal Islam juga memiliki falsafah hidup terkait dengan kerja yang bersumber dari al Qur’an, yakni : Bekerja bertujuan meraih ridha Allah SWT (inilah yang disebut etos kerja muslim). Berpijak pada realita tersebut, Badaruddin mengangkat permasalahan mengapa masih banyak umat Islam yang dalam realitas kehidupannya terlihat menyerah pada takdir (lepas dari upaya-upaya melakukan kerja keras dan berinovasi)? Permasalahan itu diangkat dalam disertasinya, dengan melakukan penelitian terhadap para wirausahawan muslim cor logam yang ada di wilayah kecamatan Batur, Kabupaten. Klaten. Hasil penelitian disertasi untuk memperoleh gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang berjudul ”Etos Kerja Wirausahawan Muslim di Batur Klaten” dipresentasikan, Senin, 4 April kemarin di ruang promosi kampus setempat.
Hasil Penelitian putra kelahiran Wonogiri ini dipresentasikan di hadapan Promotor : Prof. Dr. H. Musya asy’arie da Prof. Dr. H. Djam’annuri, MA., serta tim penguji : Dr. Munrochim Misanam, M. Ec., Ph.D., Dr. Ahmad Janan Asifuddin, MA., Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA., Prof. Dr. H. Nasrudin Harahap, SU. Sidang promosi dipimpin Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah, dengan sekretaris Dr. H. Sukamto, MA.
Menurut promovendus, dari hasil penelitiannya dengan metode kualitatif dan pendekatan antropologi agama, terhadap 325 pengusaha cor logam di Batur yang mempekerjakan tidak kurang dari 3.187 pekerja, bisa digeneralisasikan bahwa masih banyak umat Islam yang memahami ibadah terbatas pada ibadah mahdah. Mereka berkecenderungan memisahkan antara kewajiban ibadah dengan kerja. Ibadah menurut mereka sebatas pada salat, zakat, puasa dan haji, tidak termasuk bekerja. Pemahaman seperti ini, kata promovendus, akan membentuk etos kerja umat Islam menjadi rendah dan keadaan jiwa yang pasrah pada takdir. Etos kerja umat Islam (dilihat dari etos kerja para wirausahawan) yang memahami ibadah dalam arti sempit ini berpengaruh negatif terhadap kultur kerja. Akibatnya perusahaan mereka juga sangat sulit untuk berkembang.
Sementara mereka yang memahami makna bahwa bekerja adalah suatu perjuangan untuk meraih ridha Allah SWT, akan tercermin juga pada etos kerja mereka yang bisa menyatukan makna ”manusia sebagai khalifah” di bumi yang harus berjuang untuk memakmurkan bumi dan seisinya, dengan makna ”manusia sebagai ’Abd” yang harus tunduk - patuh kepada pencipta-Nya melalui bekerja dan berfikir.
Umat Islam yang bisa memaknai ibadah dalam arti luas inilah yang ternyata juga memiliki etos kerja yang tinggi, mampu bekerja keras pantang menyerah, penuh tanggungjawab, giat belajar sehingga memiliki kecerdasan yang lebih, bisa melahirkan inovasi-inovasi baru, mampu mensinergikan antara daya pikir dan dzikir untuk mengekplorasi alam. Etos kerja yang berdasarkan keimanan dan pemahaman agama secara holistik proporsional ini pula yang ternyata bisa semakin memajukan perusahaan-perusahaan dimana mereka berkecimpung.
Paparan di atas bermakna bahwa al Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam hendaknya tidak hanya dilafalkan dan dimengerti maknanya, tetapi juga harus menjadi spirit dan sumber inspirasi ilmiah dalam mengeksplorasi bumi dan seisinya untuk meraih kemakmuran lahiriah dan kesejahteraan ruhaniah, demikian jelas promovendus. Oleh tim penguji Drs. Badaruddin, M. Ag., dinyatakan lulus dengan predikat ”Memuaskan” dan dirinya merupakan Doktor ke-221 yang telah berhasil diluluskan Program Pascasarjana UIN Sunan K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar